PEMERINTAH KOTA SAMARINDA

DINAS PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KOTA SAMARINDA

Jl. Kesuma Bangsa No.1 ,Kel. Bugis, Kec. Samarinda Kota, Kota Samarinda, Kalimantan Timur 75121

Keteguhan Hati di Tanah Suci

Resensi Buku    2 tahun yang lalu   
Andri    1034 Kali

Sumber Foto: Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Samarinda

Resensi Buku

Keteguhan Hati di Tanah Suci

 

Judul novel: Haji Backpacker

Penulis: Aguk Irawan MN

Penerbit: MBooks

Terbit: Juli 2014

Jumlah halaman: 314

 

Haji Backpacker ini merupakan novel yang bercerita tentang pencarian Tuhan oleh sang tokoh utama, Mada. Masa lalu yang menyakitkan rupanya telah membangkitkan kemarahan terbesar dalam diri Mada. Ia berbalik menyalahkan orang lain atas kesialan di masa lalu. Selain ayahnya yang menjadi korban kemarahan dan kekecewaan Mada, lebih-lebih ia menyalahkan Tuhan atas semua kejadian memilukan ini.

Semua bermula ketika Shofia, sahabat Mada sekaligus wanita yang dicintainya, memilih untuk kabur di hari pernikahan mereka tanpa meninggalkan kejelasan sedikitpun. Demi melupakan dan melampiaskan kemarahannya, Mada memilih meninggalkan rumah dan meninggalkan kepercayaannya pada Tuhan. Berharap bisa melupakan masa lalu dan menghapus rasa sakit serta kecewa dalam hatinya, Mada melakukan perjalanan panjang. Bermodal sedikit uang, Mada memulai perjalanan panjang ini dengan Thailand sebagai tujuan pertamanya.

Sesampainya di Thailand, Mada bukanlah Mada yang dulu. Ia kerap menghabiskan malam di bar, di gemerlap pesta-pesta alkohol, berjudi, hingga berkelahi dengan preman sampai malam diakhiri di panti pijat yang terletak di daerah prostitusi terkenal di Thailand. Dari panti pijat yang sering ia kunjungi itulah ia berkenalan dengan Marbel, TKW asal Indonesia yang terdampar di panti pijat plus-plus ini.

Perjalanan di Thailand berakhir ketika Mbak Mala alias kakak kandung Mada, datang dari Indonesia demi sebuah berita duka. Bahwa ayah Mada telah tiada pada saat beliau beribadah haji. Jenazahnya pun dikuburkan di Tanah Suci. Ketika itu juga Marbel mengabarkan bahwa Mada berada dalam bahaya akibat perkelahiannya dengan geng preman setempat. Berkat bantuan teman Mbak Mala yang berkerja di kedutaan, Mada berhasil mendapatkan tiket ke Vietnam. Dan Vietnamlah yang menjadi rute Mada selanjutnya. Menjadi backpacker di negeri orang dilakukan Mada tanpa mengeluh. Karena inilah yang ia pilih dari pada pulang ke Indonesia. Perjalan berlanjut tanpa segaja. Mada 'terdampar' di Cina yang kemudian menuntunnya melakukan perjalanan lebih jauh, Tibet dan India demi menemukan jawaban atas mimpi-mimpi buruk yang dialaminya semenjak kedatangannya di Cina.  Perjalanan Mada berlanjut ke India, dan, tentu saja, akhirnya tiba di Tanah Suci.

Apa mimpi-mimpi buruk Mada?  Dan apa yang ditemukannya dalam perjalanan panjang tersebut?

Perlu diketahui bahwa novel ini ternyata memiliki dua versi novel dari pengarang yang sama, yakni Iguk Irawan. Novel Haji Backpacker sendiri pada awalnya menceritakan perjuangan seorang mahasiswa Indonesia yang ingin pergi haji dengan budget minimal ala backpacker. Adapun perbedaan dari novel versi pertama dan kedua adalah pada novel kedua, penulis ingin menampilkan sisi 'kering jiwa' yang dialami Mada akibat hilangnya kepercayaannya pada Tuhan.

Novel bergenre drama religi ini memiliki nilai lebih dari novel-novel Indonesia lainnya dari segi setting.  Sembilan negara dengan berani diceritakan dalam novel ini. Kelebihan inilah yang menyebabkan novel ini memiliki nilai lebih dibanding novel lainnya.

Mengenai jalannya cerita, di beberapa bagian terasa janggal, yaitu pada bagian-bagian di mana Mada mendapat petunjuk atau hidayah melalui mimpi. Di sini sangat terlihat khayal. Memang benar, bahwasanya petunjuk dari Tuhan bisa datang dari mimpi. Namun hal tersebut akan dialami oleh seseorang dengan tingkat keimanan yang tinggi. Meskipun juga, Tuhan –Allah SWT- dapat memberi hidayah pada siapa saja yang dikehendakinya. Akan terasa lebih logis dan lebih nyata jika datangnya petunjuk itu melalui perantara manusia atau hal lain yang lebih nyata. Dengan begitu akan lebih terasa nyata dan lebih dekat pada kehidupan nyata manusia. Terlebih lagi, adegan  mimpi ini berulang sampai beberapa kali.

Selain semua itu, novel ini cukup bagus dan layak dibaca oleh masyarakat dari berbagai kalangan. Karena pesan yang dapat ditangkap ialah bahwasanya seorang manusia terkadang membutuhkan bantuan dan perantara banyak hal dalam mengurai kebenaran.

 

Penulis resensi: Hosni Abdillah

Pelaksana pada Dispursip Kota Samarinda


TINGGALKAN KOMENTAR

Pemerintah Kota Samarinda

DINAS PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KOTA SAMARINDA

Jl. Kesuma Bangsa No.1 ,Kel. Bugis, Kec. Samarinda Kota, Kota Samarinda, Kalimantan Timur 75121

Telp: 0541-
Email: dispursip_smr@gmail.com
Website: https://perpustakaankearsipan.samarindakota.go.id


2025